Jumat, 22 Februari 2013

Gagalkan Aksi Pencuri Berpistol, Nalurinya Terasa berkat Gandrungi Detektif Conan

Tidak banyak anak yang memiliki insting terhadap sesuatu yang tidak wajar, misalnya kejahatan, dan berupaya mencegahnya. Ilham Rusbi Pratama alias Bimo adalah salah satu bocah pemberani yang berhasil menggagalkan pencurian di rumah tetangganya pada Rabu (25/2) lalu.
Rumah sederhana di Jl Sulfat Agung XI, Blimbing, siang kemarin terlihat sepi. Berkali-kali bel rumah dibunyikan, tidak satu pun orang yang keluar rumah. Baru setelah sepuluh menit menunggu, muncullah bocah laki-laki berkulit putih bersih. “Cari siapa?” tanyanya lantang. “Oh Mas Wartawan ya. Silakan masuk. Maaf tadi saya intai lebih dulu dari dalam,” kata bocah bernama Ilham Rusbi Pratama alias Bimo itu setelah Radar memperkenalkan diri.

Bocah kelahiran 30 Agustus 1998 lalu itu bergegas berjalan menuju gerbang pagar besi setinggi setengah badan ukuran orang dewasa. Bimo yang masih mengenakan kaus olahraga SDN Bunulrejo IV dan celana pramuka ini bukannya membuka gembok gerbang, malah keluar dengan cara memanjat pagar. “Maaf, kunci gerbang masih dititipkan ke tetangga. Jadi, saya memanjat saja,” ujarnya enteng.
Bimo meminta Radar menunggu saat mengambil kunci di rumah tetangga depan rumahnya. Bertepatan dengan Bimo balik membawa kunci, datang mama Bimo bernama Trisni Indah Novelia. Wanita berusia 30 tahun itu mengendarai sepeda motor matik.
Sambil duduk di teras rumahnya, Bimo menuturkan pengalamannya menggagalkan aksi pencurian di rumah tetangganya, Ny Suratno,70, di Jl Sulfat Agung XI/13. Aksi pencurian oleh tiga orang itu terjadi Rabu 25 Februari.
Rumah Ny Suratno sejak sebulan lebih ditinggal pergi. Janda tersebut pergi ke rumah salah satu anaknya di Jakarta. Rumah itu dijaga hanya ketika malam oleh salah satu hansip kompleks perumahan. Jika siang, rumah tidak dijaga. Upaya pencurian di rumah Ny Suratno terjadi sekitar pukul 13.30 oleh tiga pria berpistol. Upaya para penjahat gagal setelah Bimo mengetahui aksi mereka. Dalam menggagalkan aksi ini, ayah Bimo -Anton Sugihartono, 31- bahkan sempat ditodong pistol oleh pelaku.
Saat pelaku beraksi, Bimo dan Anton kebetulan melintas di depan rumah Ny Suratno. Ketika itu, Anton baru saja menjemput Bimo dari sekolah.
Sejak memasuki ujung gang Jl Sulfat Agung XI, Bimo selalu tolah-toleh mengamati rumah tetangganya yang mayoritas masih sepi. Pandangan Bimo tak luput diarahkan ke rumah Ny Suratno, yang dia ketahui sudah sebulan lebih tidak berpenghuni. Di teras rumah itu, ada dua pria yang gerak-geriknya mencurigakan. Satu pria bertubuh kecil serta satu lagi bertubuh besar dan berambut cepak. Keduanya mengenakan kaus warna cerah.
Dalam pengamatan kurang dari satu menit itu, Bimo melihat kedua pelaku sempat tertawa. Salah satu pelaku memegang sebatang besi ukuran sekitar 40 sentimeter. Diduga besi itu adalah linggis yang digunakan untuk mencongkel pintu rumah korban. “Saya lihat mereka berebut besi yang dipegang. Mungkin berebut untuk menjebol pintu ruang utama,” kata Bimo.
Mata Bimo lalu tertuju pada mobil Toyota Avanza warna kuning keemasan yang diparkir di dekat rumah Ny Suratno. Dia heran dan bertanya-tanya dalam hati siapa pemilik mobil itu. Sebab, mobil itu tidak pernah dia lihat sebelumnya. “Nopol depannya AG,” ungkap Bimo.
Kecurigaan itu lekas dia utarakan kepada sang ayah setiba di depan rumahnya. Dia juga berkata kepada ayahnya bahwa jangan-jangan dua pria di rumah Ny Suratno adalah penjahat. Sedangkan Toyota Avanza yang parkir di dekat rumah Ny Suratno milik para pria itu.
Namun, Anton tidak lekas merespons kecurigaan anaknya bahwa dua pria di rumah Ny Suratno adalah penjahat. Bapak satu anak ini malah menduga dua orang yang dilihat Bimo adalah anak Ny Suratno. Apalagi, nopol mobil adalah nomor wilayah luar Malang. “Seingat ayah, anak Mbah Ratno (Ny Suratno, Red) semuanya di luar kota,” katanya sambil menunjuk ke jalan tempat sepeda motor ayahnya berhenti waktu kejadian.
Meski Anton ragu, Bimo terus mendesak ayahnya untuk percaya. Anton pun menuruti permintaan anaknya yang sejak awal diketahui sudah diasah sangat jeli terhadap peristiwa yang mencurigakan.
Bimo diturunkan dari motor dan Anton balik ke rumah Ny Suratno. Dalam perjalanan naik motor itu, dia bertemu dengan tetangganya, Andi Agus. Lantas keduanya bersama-sama mengecek informasi yang disampaikan Bimo. “Dugaan saya tepat. Di rumah itu papa ketemu dengan pencuri yang akan membobol rumah Mbah Ratno (Ny Suratno). Papa dan Pak Andi malah sempat ditodong pistol oleh pelaku,” kata Bimo.
Meski sempat ditodong, Anton dan Andi tak sampai mengalami cedera. Dua penjahat itu lantas kabur dengan Avanza. Di mobil itu, ternyata masih ada satu pelaku lagi yang bertindak sebagai sopir.
Kejelian Bimo membaca sebuah fenomena tidak wajar sudah terlatih sejak dia duduk kelas II SD. Saat itu Bimo sudah bisa lancar membaca dan menggandrungi komik Detektif Conan. Komik bergambar asal Jepang ini menceritakan seorang detektif swasta cilik bernama Conan yang selalu sukses membongkar berbagai aksi kejahatan meski tingkat kesulitannya cukup besar. Komik itu kadang dia beli dan kadang juga dia sewa di Perpustakaan Kota Malang Jl Ijen. “Setiap Minggu pagi, saya dan mama selalu ke sana (Perpustakaan Kota Malang),” kata Bimo.
Yang bisa ia ambil manfaatnya dari komik kegemarannya ini adalah kewaspadaan dan kejelian terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. “Saya curiga aja melihat orang asing di rumah kosong. Saya pikir mereka hendak berbuat yang tidak-tidak,” ujarnya.
Selain dikenal gemar membaca, di kompleks perumahan itu, Bimo juga dikenal sebagai anak supersibuk. Hampir semua waktuya habis digunakan untuk belajar dan les keterampilan. Sepulang sekolah, dia harus ikut les olahraga bulu tangkis dan renang hingga pukul 17.00. “Seminggu, les renang dan bulu tangkis dilakukan tiga kali,” ungkap bocah yang bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis andal ini. Minggu pagi dia habiskan waktunya untuk membaca buku di Perpustakaan Kota Malang bersama kedua orang tuanya.
Padatnya aktivitas Bimo sengaja diberikan oleh orang tuanya karena di lingkungan perumahan minim anak-anak. Rata-rata adalah remaja dan dewasa. Sejauh ini, Bimo tidak terbebani dengan banyak aktivitas tersebut.
Bimo sendiri tidak kaget dengan banyaknya aktivitas yang ia lakukan. Sebab, sejak usia tiga tahun, Bimo sudah dilatih menjadi anak sibuk. Ketika usia balita itu, Bimo sudah bergabung dengan salah satu kelompok modeling ternama di Kota Malang. “Saat itu saya menjadi model paling cilik,” kenangnya.
Berkat dorongan semangat yang diberikan orang tuanya, Bimo mengikuti banyak lomba fashion dan fotogenik. Hasilnya, sekitar 20 piala dan piagam penghargaan berhasil dia sabet. Piala-piala itu kini tertata rapi di atas lemari ruang keluarga. Salah satu piala yang dia banggakan adalah juara I kategori A Top Model Jatim 2003 yang digelar di Hotel Margosuko Malang pada 23 Maret 2003.
Masuk di bangku SD, Bimo sudah mulai mengurangi tensi modeling dan beralih menjadi bintang iklan. Dia pernah menjadi bintang iklan dua produk makanan, yakni produk sosis dan susu kemasan. “Jika modeling tidak dulu lah. Tapi untuk membintangi iklan, saya tidak keberatan,” ujarnya.
Mardi Sampurno
(yn/radarmalang)

Sumber : www.malangraya.web.id

0 komentar:

Posting Komentar